Selasa, 20 September 2011

JERIT PEREMPUAN



Kau pasung jiwaku
Hingga ragaku kosong
Kau mengunci bibirku
Membuat aku tertawa tetapi tak mampu menyeringai
Kau bekukan air mataku
Dan aku pun menangis tanpa air mata
Kau ikat kedua tangan dan kakiku
Mengatur gerak dan langkahnya
Kau bunuh emosiku
Sekaligus mencekik semangat
Serta mengubur kemampuan sosialisasiku
Apakah aku terlalu berharga?
Murah di konsumsi pasar
Mudah digunakan teknologi
Bahkan di culik paksa seniman
Atau justru aku sangat tak berharga?
Apakah aku terlalu menarik hingga membuatmu puas???
Bermain dengan kata-kata
Bermain dengan imajinasi
Bermain dengan emosi
Bermain dengan inspirasimu?
Kau pikir aku lemah dengan menjadikanku mainanmu?
Kau kira aku tak berdaya dengan menjadikanku objekmu?
Justru aku terlalu kuat karena menikmati permainan ini!
Justru aku terlalu adidaya karena kau tak mampu lepas dariku!

Kamis, 15 September 2011

CUKUP ENGKAU BAGIKU


Aku berjalan dari titik nadirku
Untuk menjemput cintaku
Bukan cinta yang melemahkan
Bukan pulayang menggelapkan
Melainkan yang menguatkan
Dan ‘tak henti menerangi

Hati yang berjelaga ini menanti siraman embun
Jiwa yang hampa ini mendamba sentuhan lembut
Bersama rindu yang menggebu
Aku berusaha menghampiriMu

Aku jauhkan gemerlap hidup
Aku relakan rasa itu menyiksa jiwa
Asal tak kau tinggalkan aku sendiri
Juga ‘ku pasrahkan pasangan hati ini
Untuk Kau genggam
Dan Kau pelihara hingga bersemi

Rabb, kucukupkan Engkau satu bagiku
Agar tak goyah pijakanku
Tak jua limbung hidupku
Meski jiwa-ragaku masih penu debu
Masih terseok pila mendekatiMu

Rabb, demi Engkau kuperjuangkan cintaku

semoga papa bisa mengerti
bagaimna sebenarnya perasaan
istri yang sangat mencintaimu

mama
yang selalau merindukanmu

PERASAAN PEREMPUAN


sudah menjadi sunatnya manusia bila perempuan lebih mengedepankan perasaan dan laki-laki lebih kepada logika.

begitupun dengan si perempuan ini, ia amat perasa. perempuan paruh baya itu duduk seorang diri di pelataran perpustakaan kota. teringat akan lakonnya beberapa tahun ke belakang.

“begitu sulit memberi kepercayaan kepada seseorang, tapi tiga tahun yang lalu entah mengapa aku begitu percaya kepada seorang laki-laki. namun seperti kaca di hantam batu, kepercayaan itu dikhianati hingga hancur tak berwujud.”

“apakah jalan ini adalah jalan yang Engkau kehendaki? mengapa terasa begitu menyakitkan. tidak kah aku bisa menjadi manusia bebas, berdiri di atas kakiku sendiri, meludah dengan rasa inginku, bernafas dengan kehendaknya paru-paruku.”

“aku bisa simpulkan, semua tak ada yang GRATIS! tak ada manusia yang ikhlas antarsesamanya… akh, tidak. aku salah. mereka begitu gampangnya saling membantu, apakah itu tidak berawal dari ikhlas? ya, aku salah.”

“aku salah, aku perempuan penuh salah. di tiap langkahku pasti salah.”

perempuan itu terus menceracau dan menangis hingga tersedu-sedu. menyakiti dirinya dengan beberapa tusukan jarum dan goresan silet.

perempuan itu? putus asakah dia dengan kehidupannya?

aku yang selalu merindukanmu
Mama