Sabtu, 04 September 2010

KENDARAAN AKHIRAT



Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan.

Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

" Berapa hargakambing yang itu pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.
" Yang coklatitu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.
" Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.
" Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" sipedagang bertahan.
" Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama
" Maaf pak ,masih jauh." ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap sipedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

" Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus limapuluh ribu?" kataku
" Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek
" Yang sedang mahal kanharga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.
" Yah bapak,meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata sipedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainn yayang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian
" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus limapuluh ribu rupiah" katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian"korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

" Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum
" Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah malas menjawabsetelah melihat penampilan si kakek.
" Weleh larangmen regane (mahal benar harganya) ?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan
" bisa ditawar-kan ya mas ?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.
" Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas meladeni.
" Ora usah(tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaikdan gagah untuk Qurban tahun ini) Duit-e (uangnya)cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembaruang lima puluhribuan dikeluarkan dari dalamnya.

" Iki (ini) duajuta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnyamantap tetapi tetap bersahaja.
Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan sikakek, kemudian di hitungnyaperlahan lembar demi lembar uang itu.

" Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan
" Ora ono ongkoskirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih
" Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek
" mau di antar kemana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)
" Alhamdulillah,lewih (lebih) limapuluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)"kata si kakek sambil menerimanya
" tulung anterkening deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ningmburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya sajarumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu)."

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan kearah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku. Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat. Entah perasaan apalagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku.

Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek. Yang aku tahu, disekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah,rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.

Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer Perusahaan swasta asing.
Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi
Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing MegaSuper
Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya
Yang sanggup membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus

Tapi apa yang aku pikirkan? Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana. Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya.

*****
Banyak dari kita yang selalu berpikir untuk duniawi, mereka terlalu sibuk untuk menumpuk harta, menyiapkan warisan untuk anak-anaknya, mereka beranggapan hidup hanya di dunia, setelah mati, tak ada kehidupan lagi.

Lantas, bagaimana dengan firman Allah :
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zhalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran."(Al-Isra': 99).

"Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)-nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagiNyalah sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Ar-Ruum: 27).
Maha Benar Allah, dengan segala firman-Nya.

Sahabat, sudahkah kita menyiapkan tabungan pahala untuk diakhirat..? Tabungan yang lebih berharga dan berguna dibandingkan dengan harta-harta kita didunia, yang akan menolong kita ketika tidak ada yang bisa menolong, yang akan memberikan kita kenyamanan dialam kubur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar